UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
MAKALAH ISBD
Tema Budaya
“Fenomena Perokok Cilik”
Disusun Oleh :
ASHARI RAMADHAN
8335162973
2016
i
ABSTRAK
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu ikatan yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan. Manusia menciptakan kebudayaan mereka
sendiri dan melestarikannya secara turun temurun. Kebudayaan terbentuk dari
berbagai unsure yang rumit termasuk sistem agama, politik, adat istiadat,
bahasa, pakaian, bangunan dan karya seni. Perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa prilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lainlain
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Keragaman kedbudayaan dihasilkan oleh sekelompok manusia
dalam wilayah yang berbeda-beda. Setiap masyarakat, bangsa, atau suku
memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan kelompok lain.
Kebudayaan yang dimiliki sekelompok manusia membentuk cirri tersendiri
untuk pemenuhan hidupnya.
Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Perubahan
kebudayaan dikarenakan kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh
kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak antar masyarakat.
Dimasa sekarang ini banyak sekali perubahan kebudayaan dalam
masyarakat Indonesia yang mengarah ke bentuk yang negatif. Contohnya
adalah kebiasaan merokok yang semakin meluas dikalangan masyarakat. Jika
dulu hanya orang dewasa saja yang merokok bahkan sekarang anak-anak
sudah banyak yang merokok. Hal yang penting dalam pengendalian budaya
yang negatif adalah kontrol atau kendali terhadap prilaku yang ditampilkan oleh
sekelompok masyarakat.
Kata Kunci : Kebudayaan, masyarakat, perubahan budaya, budaya negatif
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
Keterkaitan antara Fenomena Perokok Cilik dengan Nilai, Moral, dan Hukum ........... 4
Keterkaitan antara Fenomena Perokok Cilik dengan Manusia dan Ipteks .................. 5
Keterkaitan antara Fenomena Perokok Cilik dengan Peradaban ............................... 6
Keterkaitan antara Fenomena Perokok Cilik dengan Lingkungan Hidup .................... 8
PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................................................ 10
Saran ......................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 12
Lampiran ....................................................................................................................... 13
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan YME ciptaan
yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikanya secara turun temurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari-hari
dan juga dari kegiatan-kegiatan yang sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Manusia memiliki kehidupan yang sangat rumit, mereka tidak dapat
hidup sendiri, oleh karena itu mereka pasti memiliki hubungan dengan segala
sesuatu di dalam ruang lingkup hidupnya, baik itu hubungan dengan sang
pencipta, sesama manusia, lingkungan sekitarnya maupun dengan mahluk lain
di alam ini. Semua aspek relasi hidup tersebut haruslah terpenuhi secara
merata.
Tentunya manusia perlu beradaptasi dengan keadaan lingkungan hidup
di sekitarnya karena itu merupakan tahap awal pembelajaran untuk dapat
menjadi pribadi yang berkualitas. Dimulai dari pemahaman tentang norma dan
nilai yang berlaku sampai kepada ilmu pengetahuan yang luas.
Kebudayaan merupakan faktor penting dalam kehikdupan manusia.
Sebab kebudayaan memberikan arah kepada tindakan dan karya manusia.
Kebudayaan yang telah ada akan tetap berjalan meski kadang-kadang
wujudnya dapat berubah. Kebudayaan bukan hanya kesenian dan bendabenda
budaya, akan tetapi mencakup seluruh sendi kehidupan manusia untuk
menciptakan sebuah tatanan yang diharapkan.
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat.
Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki
kebutuhan yang tidak terbatas.Semua terjadi karena adanya salah satu atau
2
beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan
gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan
mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan
filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi sosial.
Perubahan kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika
masyarakatnya. Contohnya adalah perubahan budaya merokok yang semakin
buruk. Dahulu merokok bagi anak-anak dan remaja adalah hal yang haram
namun sekarang seolah lingkungan sekitar abai oleh perbuatan tersebut.
Merokok sudah lumrah di berbagai lapisan masyarakat dan kegiatan
sosial di Indonesia. Di banyak ritual masyarakat, rokok tidak pernah absen.
Mulai dari upacara perkawinan, kehamilan tujuh bulan (mitoni), pemberian
nama bayi (selapanan) sampai dengan kematian, senantiasa tersedia rokok.
Berdasarkan data Survei Ekonomi Nasional tahun 2014 yang dilakukan
BPS, rata-rata pengeluaran masyarakat untuk konsumsi tembakau dan sirih
sebesar 11,4 persen dari total pengeluaran untuk makanan. Ironisnya,
pengeluaran untuk konsumsi rokok lebih tinggi dibandingkan untuk pendidikan,
terutama pada golongan masyarakat bawah (pengeluaran bulanan Rp 300.000-
Rp 750.000).
Baru-baru ini beredar berita foto yang memperlihatkan bocah cilik dalam
foto yang diunggah @Khanieyzjakh Q-Zut. Dalam foto tersebut nampak terlihat
tiga bocah yang diduga masih berusia dibawah umur, yakni berkisar antara 7-
12 tahun tengah menghisap rokok sambil berpose di depan kamera.
Pada kasus di atas, di mana anak-anak di bawah umur merokok adalah
tanggung jawab para orangtuanya atau orang dewasa di sekitarnya, dan
biasanya orang sekitar jadi yang paling patut disalahkan. Karena sejatinya pada
usia anak-anak tersebut mereka masih meniru perilaku dari orang terdekatnya,
termasuk meniru kebiasaan apa yang dilakukan orang tua dan lingkungan
sekitarnya.
3
Dampak rokok terhadap kesehatan anak-anak sama seperti orang
dewasa. Rokok bisa menyebabkan kanker paru-paru, gangguan jantung,
terhambatnya perkembangan anak, dan masih banyak lagi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan
diidentifikasi adalah :
a. Bagaimana keterkaitan antara fenomena perokok cilik dengan Nilai,
Moral, dan Hukum?
b. Baigaimana keterkaitan antara fenomena perokok cilik dengan Manusia
dan Ipteks?
c. Bagaimana keterkaitan antara fenomena perokok cilik dengan
Peradaban?
d. Bagaimana keterkaitan antara fenomena perokok cilik dengan
Lingkungan Hidup?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keterkaitan antara Fenomena Perokok Cilik dengan Nilai, Moral, dan
Hukum
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkaitan dengan nilai.
Menurut Bambang Dareso mengatakan bahwa nilai adalah suatu kualitas atau
penghargaan terhadap sesuatu yang menjadi dasar penent tingkah laku
seseorang. Moral merupakan kebiasaan berbuat baik sebagai lawan dari
kebiasaan berbuat buruk. Nilai moral adalah nilai atau hasil perbuatan yang
baik, sedangkan norma moral adalah norma yang berisi tentang cara
bagaimana berbuat baik. Disamping nilai dan mora ada kaidah yang mengatur
kehidupan manusia yaitu hukum, yang biasanya dibuat dengan sengaja dan
mempunyai sanksi yang jelas. Hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur
kehidupan masyarakat agar terjadi keserasian diantara warga masyarakat dan
sistem sosial yang dibangun oleh suatu masyarakat.
Kesadaran nilai dan moral masyarakat Indonesia masih kurang baik,
ketika orang dewasa atau orang tua dirumah merokok di depan anak-anak
sehingga memberikan teladan yang tidak baik. Malah akan kebiasaan tersebut
akan ditiru oleh anak-anak. Banyak orang dewasa yang tidak memikirkan
dampak berbahaya tersebut.
Salah satu contoh kasus yang belakangan merebak adalah tentang anak
yang merokok di usia dininya yaitu pada kasus kasus Aldi, bocah usia 2,5 tahun
asal Musi, Banyuasin, Sumatera Selatan yang pandai merokok.
(http://feed.merdeka.com/article/bocah-ini-gemparkan-dunia-karena-kebiasaanmerokok-
141126v.html)
Aldi hidup di lingkungan nelayan dan tinggal dengan ayahnya yang
seorang perokok. Terlebih, lingkungan tempat tinggalnya membanggakan
5
kemampuan Aldi dalam merokok. Meskipun masih balita, Aldi mampu
menghembuskan asap rokok membentuk lingkaran-lingkaran kecil di udara.
Karena mendapat perhatian dan pujian dari lingkungannya itu, Aldi
merasa bangga dan senang melakukan aksinya. Dia mendapat reward, jadi tiap
kali dia merokok dia mendapatkan perhatian lingkungan, itu yang membentuk
dia sebagai perokok.
Selain mencontoh perilaku orang di sekitarnya, anak juga akan terdorong
untuk merokok atas pengaruh iklan. Menurut kak Seto, iklan rokok yang bebas
tampil di Indonesia ini sangat efektif mengajak anak menjadi perokok pemula.
Pemerintah seharusnya memberikan hukuman yang tegas kepada produsen
yang tidak mematuhi syarat-syarat iklan rokok tersebut.
2.2 Keterkaitan antara Fenomena Perokok Cilik dengan Manusia dan Ipteks
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi suatu hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia di era globalisasi ini. Dengan kemajuan
teknologi diharapkan dapat mempermudah aktivitas atau kinerja manusia,
pemanfaatan teknologi harus diimbangi dengan pengetahuan yang cukup
memadai agar tidak salah dalam penafsirannya. Kemajuan teknologi banyak
menimbulkan dampak positif dan negatif. Salah satu dari sekian banyak
dampak negatif adalah rokok. Manusia terkadang menciptakan sesuatu hanya
untuk keuntungan saja tanpa memikirkan dampak negatif. Rokok dari jaman
dulu hingga sekarang talah berkembang dimulai dari rokok kretek, kemudian
rokok filter, dan sekarang ini yang banyak digandrungi anak muda adalah rokok
mild. Para produsen rokok juga banyak melakukan inovasi dalam mengiklankan
rokok mereka. Dikesankan dalam iklan-iklan tersebut bahwa perokok adalah
sukses, keren dan jagoan.
Fenomena merokok di kalangan anak-anak bukan pemandangan asing
lagi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian
Kesehatan, sebelum tahun 1995 prevalensi anak-anak terhadap rokok hanya
tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas
usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai
6
merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Jumlah perokok usia remaja di
Indonesia terus meningkat. (https://iwanyuliyanto.co/2013/05/31/negara-tekorbanyak-
akibat-rokok-apa-solusinya/, 2016)
Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi
sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi
sulit, karena berkaitan dengan banyak faktor yang saling memicu, sehingga
seolah- olah sudah menjadi lingkaran setan. Di tinjau dari segi kesehatan,
merokok harus dihentikan karena menyebabkan kanker dan penyumbatan
pembuluh darah yang mengakibatkan kematian, oleh karena itu merokok harus
dihentikan sebagai usaha pencegahan sedini mungkin. Terlebih diketahui
bahwa sebagian besar perokok adalah anak-anak dan remaja sehingga perlu
adanya pencegahan dini yang dimulai dari keluarga hingga pihak sekolah.
2.3 Keterkaitan antara Fenomena Perokok Cilik dengan Peradaban
Peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok
masyarakat yang dibedakan secara nyata dari makhluk lainnya. Peradaban
mencerminkan kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat. Peradaban
berbeda dengan kebudayaan, kebudayaan peda hakikatnya adalah cipta, rasa,
dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan cipta
manusia menghasilkan ilmu pengetahuan. Hasil kebudayaan manusia inilah
yang menghasilkan peradaban. Peradaban merupakan tahapan dari evolusi
budaya yang telah berjalan bertahap dan berkesinambungan, memperlihatkan
kerekter yang khas pada tahap tersebut, yang dicirikan oleh kualitas tertentu
dari unsur budaya yang menonjol, meliputi tingkat ilmu pengetahuan, seni,
teknologi dan spritualitas yang tinggi. Kualitas peradaban dari masing-masing
bangsa memiliki keanekaragaman yang berbeda tergantung situasi dan kondisi,
serta kemajuan berfikir masing-masing bangsa itu sendiri. (Dwi Afrimetty
Timora, 2014)
Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang.
Kegiatan yang melibatkan tembakau pertama kali dilakukan oleh suku Maya,
Aztec dan Indian di benua yang sekarang kita kenal sebagai Amerika, sejak
7
lebih dari seribu tahun sebelum masehi. Tradisi membakar dan mengunyah
tembakau dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan simbol persaudaraan
ketika beberapa suku berkumpul. Dan setelah kedatangan Columbus ke
Amerika, tradisi merokok dengan membakar tembakau mulai dikenal di dataran
Eropa. Namun rupanya seoarang diplomat asal Perancis bernama Jean
Nicot lah yang memiliki andil paling besar dalam hal persebaran rokok di
seluruh eropa. Bahkan kandungan utama di dalam rokok yakni nikotin juga
diambil dari namanya (Nicot).
Sementara sejarah rokok di Indonesia, Tidak ada yang menyangkal
bahwa perkembangan rokok di Indonesia berawal dari cerita kretek dari kota
Kudus, Jawa Tengah.
Pada akhir abad ke-19, seorang pria bernama Haji Djamari ingin
membuat obat sakit asma dengan meracik cengkeh dan tembakau. Karena
setelah rajin menghisap ramuan cengkeh ini sakitnya reda, akhirnya “rokok
obat” ini menyebar cepat dengan cerita dari mulut ke mulut. Kemudian
Kebiasaan melinting rokok menjadi kegiatan kaum pria yang sangat populer.
Dan karena meningkatnya permintaan, akhirnya rokok pun dijual dengan
dibungkus klobot atau daun jagung kering dan karena ketika dihisap
menghasilkan bunyi “kretek-kretek” akhirnya rokok cengkeh kreasi Djamari
dinamakan rokok kretek. Model rokok jenis ini bertahan hingga Djamari
meninggal pada tahun 1890.
Sepuluh tahun kemudian industri rokok kretek dikerjakan dengan serius
dan profesional oleh Nitisemo dengan membuka pabrik rokok kretek pertama di
Kudus pada tahun 1906 yang diberi nama “Tjap Bal Tiga”. Demikianlah, hingga
saat ini rokok menjadi komoditas paling menjanjikan dan menyumbang
pemasukan yang sangat besar terhadap negara melalui pajaknya.
Lebih jauh daripada dampak kesehatan akibat konsumsi rokok, kini juga
diketahui bahwa konsumsi rokok memiliki beragam dampak non-kesehatan,
mulai dari dampak ekonomi untuk para perokok, dampak sosial, hingga dampak
8
lingkungan. Mundur ke belakang, produksi rokok juga memiliki dampak negatif
yang signifikan.
Berbagai dampak tersebut, bila benar-benar diperhatikan, akan
membawa kita kepada kesimpulan bahwa produksi dan konsumsi rokok itu
akan mengakibatkan rusaknya peradaban bangsa indonesia. Apalagi dengan
semakin banyaknya jumlah anak-anak yang menjadi perokok pemula. Merokok
pada anak dapat menghambat keoptimalan pertumbuhan yang sedang
dialaminya. Konsumsi rokok diketahui menurunkan 7 poin IQ secara rerata
(Weiser, 2010) dengan lebih dari 60 juta perokok di Indonesia, secara kolektif
bangsa ini kehilangan kecerdasan setara dengan 420 juta poin IQ. Tentu, ini
adalah masalah yang sangat serius untuk bangsa ini bila ingin memenangkan
kompetisi dan mampu berkolaborasi dengan bangsa-bangsa lain. Kita sebagai
bangsa Indonesia harus menyelamatkan anak-anak dari rokok sebab jika tidak
kemunduran peradaban bangsa Indonesia akan terjadi seiring munculnya
berbagai masalah baik kesehatan dan lain-lain yang ditimbulkan oleh rokok
terhadap generasi penerus bangsa.
(http://www.mongabay.co.id/2016/08/25/opini-keberlanjutan-sebagai-korbanmenimbang-
produksi-dan-konsumsi-rokok-dengan-kerangka-sdgs/)
2.4 Keterkaitan antara Fenomena Perokok Cilik dengan Lingkungan Hidup
Manusia secara ekologis adalah bagian dari lingkungan hidup.
Kelangsungan manusia tergantung dari keutuhan lingkungannya. Manusia
terbentuk oleh lingkungan dan manusia membentuk lingkungannya. Oleh sebab
itu, lingkungan hidup bukan hanya sebagai sumber daya yang dapat
dieksploitasi, melainkan sebagai tempat hidup yang mensyaratkan adanya
keserasian antara manusia dengan lingkungan hidupnya. (Dwi Afrimetty
Timora, 2014)
Masalah yang saat ini menjadi ancaman besar bagi lingkungan hidup
adalah rokok. Akibat yang ditimbulkan tidak seimbang dengan keuntungan dari
bisnis dan pajak yang diterima pemerintah. Dampak negatif tidak hanya
9
terhadap perokok tetapi juga orang-orang yang berada disekitarnya dan
lingkungan hidup.
Lingkungan sekitar tempat tinggal bocah perokok biasanya hanya
mampu menjadi penonton atau malah memberikan efek pemotivasi negatif
pada bocah dan keluarganya. Misalnya, mereka kerap memberikan semangat
atau mengajarkan cara-cara mengepulkan asap yang menghasilkan lingkaran.
Bahkan kerap mereka menantang bocah untuk merokok dengan gaya-gaya
tertentu. Kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan disinyalir menjadi
pemicu terhadap gaya hidup anak dan rokok . Keadaan ini membuat mereka
tidak peduli bahaya apalagi pembiasaan karakter yang tercipta.
Merokok pada anak-anak adalah tanggung jawab para orangtuanya atau
orang dewasa di sekitarnya, orang sekitar jadi yang paling patut disalahkan.
Karena sejatinya pada usia anak-anak tersebut mereka masih meniru perilaku
dari orang terdekatnya, termasuk meniru kebiasaan apa yang dilakukan orang
tua dan lingkungan sekitarnya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dewasa ini rokok memang sudah terlanjur merajalela dan tidak dapat
dihentikan penyebarannya, kita juga tidak dapat begitu saja lepas tangan
tentang bahaya yang disebabkan oleh rokok. Karena sudah jelas rokok banyak
sekali mempunyai sisi negatif dalam penggunaannya. Dan di dalam topik yang
dibahas ini tentunya kita juga tidak dapat menyangsingkan bahwa sudah
banyak anak dalam usia dini yang sudah mengkonsumsi rokok, untuk
pencegahannya sebaiknya diberikan pendidikan lebih akan bahaya-bahaya
mengkonsumsi rokok tersebut. Namun dari mana pendidikan merokok, miras
atau yang lainnya mereka dapatkan? Jawabannya dari lingkungan sekitarnya
ataupun dari teman sebayanya. Agar anak terhindar dari mengkonsumsi hal
yang seperti itu sebaiknya jauhkan anak dri lingkungan yang tidak baik tersebut,
jika masalah teman sebaiknya saat anak bermain, orang tua juga ikut
mendampinginya agar anak terhindar dari hal-hal semacam itu.
Selain itu sikap orang tua juga menjadi pemicu pembentukan karakter
seorang anak, jadi untuk orang tua sebaiknya lebih hati-hati dalam bersikap di
depan anaknya. Juga berikan pendidikan untuk si anak mana yang tidak boleh
dilakukan dan yang boleh dilakukan, dan mana tindakan yang jahat dan
tindakan baik. Hal tersebut agar anak mendapatkan karakter yang baik
sehingga di masa depannya kelak tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak baik
tersebut.
2.3 Saran
a. Saran untuk Orang Tua
Berikanlah teladan yang baik kepada anak-anak, jika orang tua
merokok diusahakan agar tidak merokok dirumah sehingga bisa ditiru
anak-anak. Ajarilah anak tentang nilai dan moral serta kepercayadirian
untuk perlingungan terbaik agar anak terhindar dari pengaruh buruk
11
teman sebayanya dan lingkungan sekitar. Sebagian besar anak tidak
bisa mempercayai bahwa perilakunya saat ini dapat mempengaruhi
kesehatan di masa depan. Untuk itu cobalah berbicara bahwa anak bisa
membelikan suatu barang yang lebih berarti dengan uangnya
dibandingkan membeli barang yang bisa membuatnya sesak napas, bau
mulut dan gigi kuning.
b. Saran untuk Podusen Rokok
Taatilah peraturan pemerintah salah satunya agar tidak
menayangkan iklan rokok dibawah jam 10 malam karena iklan tersebut
bisa sasja dilihat oleh anak-anak. Iklan rokok harus diatas jam 10 malam.
c. Saran untuk Sekolah
Bimbingan Konseling Aktif dalam tugas mengawasi anak-anak
dengan rutin agar terhindar dari hal hal negative seperti merokok.
Sekolah harus memberikan pengetahuan yang mudah dipahami oleh
anak-anak tentang kebiasaan buruk merokok. Guru harus menanamkan
nilai moral bagi anak-anak di lingkungan sekolah.
d. Saran untuk Pemerintah
Pemerintah juga berperan penting dalam menerapkan hukum bagi
para produsen rokok agar rokok tidak dijual untuk anak-anak, sanksi bagi
produsen rokok yang menayangkan iklannya dibawah jam 10 malam
sehingga bisa dilihat anak-anak serta memberikan hukuman yang tegas
kepada masyarakat yang masih merokok di tempat umum. Pemerintah
harus sering mengadakan sosialisasi tentang bahaya merokok.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Afriemetty Timoera, dkk. 2014. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: UPT
MKU UNJ.
http://feed.merdeka.com/article/bocah-ini-gemparkan-dunia-karena-kebiasaanmerokok-
141126v.html
(Diakses 18 Desember 2016)
https://iwanyuliyanto.co/2013/05/31/negara-tekor-banyak-akibat-rokok-apasolusinya/
(Diakses 18 Desember 2016)
https://sains.me/2013/01/16/sejarah-rokok/
(Diakses 22 Desember 2016)
http://www.mongabay.co.id/2016/08/25/opini-keberlanjutan-sebagai-korbanmenimbang-
produksi-dan-konsumsi-rokok-dengan-kerangka-sdgs/
(diakses 23 Desember 2016)
http://www.kompasiana.com/sitimugirahayu/bocah-perokok-bisa-melahirkanpremanisme-
baru_550ef66c813311c62cbc64d1
(Diakses 23 Desember 2016)
13
LAMPIRAN
Lampiran ke-1 : Bocah ini gemparkan dunia dengan kebiasaan merokok
Lampiran ke-2 : Bocah ini merokok sambil berpose didepan kamera
14
Lampiran 1 :
Bocah Ini Merokok sejak Umur 14 Bulan
7
Shares
KOMPAS.com — Kasus perokok usia dini kembali muncul. Kali ini warga
Dusun III, Desa Karya Mulya, Kecamatan Rambang Kapak Tengah (RKT), Kota
Prabumulih, Palembang.
Bocah berumur 20 bulan itu bernama Reno Ardiansyah. Reno sudah merokok
sejak umur 14 bulan. Menurut kedua orangtuanya, Deli Kusnadi (34) dan Tika
Nurhasanah (34), kebiasaan buruk anaknya itu baru diketahui sejak enam
bulan terakhir.
Tidak diketahui pasti siapa yang membuat anak mereka itu menjadi pencandu
rokok. Yang pasti, keduanya kini kewalahan memenuhi permintaan anaknya itu.
"Jika tidak diberikan rokok, dia menangis.
Bahkan, puntung rokok yang ada di sekitar rumah juga diisap," kata Deli saat
ditemui dikediamannya, Selasa (21/9/2010).
Pantauan Sripo, bocah setinggi kurang dari 50 sentimeter itu sepintas mirip
bocah pada umumnya. Ia bermain dan berlari ke sana kemari bersama teman
seumurannya. Saat melihat puntung rokok di jalan, Reno berpaling dan
memungutnya. Puntung tersebut diangkat dan diperhatikannya sejenak. Karena
sudah tidak bisa diisap lagi, Reno lalu membuangnya dan bermain kembali.
Saat sang ayah diwawancarai, seperti bocah kebanyakan, Reno bermanjamanja
di pangkuan ayahnya. Saat Deli membakar rokok, kesigapan Reno
berubah. Matanya dengan tajam memandangi aksi ayahnya membakar rokok.
Setelah asap keluar dari mulut Deli, kebiasaan buruknya muncul. Ia lalu
merengek kepada ayahnya agar memberikan rokok itu kepadanya.
Tangisan pun pecah. Seperti bocah kebanyakan, Reno menangis sambil
merajuk. Kaki dan tangannya diikutsertakan dalam mendukung aksinya itu.
Karena tidak tega, Deli akhirnya memberikan rokok di tangannya. Dengan hatihati,
Reno mengambil rokok di antara jari ayahnya itu. Dengan mata masih
tertuju pada rokok, Reno lalu mengisapnya, lalu mengeluarkan asap dari mulut.
15
Awal mula kebiasaan buruk bocah itu terungkap saat Reno tengah asyik
mengisap dan menjilati busa (filter) puntung rokok. Puntung itu dipungut Reno
dari asbak yang ada di meja rumah.
Ayahnya sempat mencegah. Namun, penemuan itu ternyata menjadi
pengungkap kebiasaan buruk anaknya. Anak bungsunya tanpa takut-takut
mengisap rokok. Kebiasaan itu menjadi-jadi hingga ia kecanduan. "Apalagi saat
aku merokok, pasti rokok itu disambarnya," ujarnya.
Jika tidak diberi, bocah laki-laki itu langsung menangis sejadi- jadinya. Tidak
hanya itu, jika diberi uang, Reno membelanjakannya untuk membeli rokok.
Untungnya, Reno belum mampu membakar sendiri rokok. Ia masih minta
bantuan keluarga untuk menghidupkannya. Seperti biasa, jika permintaannya
ditolak, aksi menangis menjadi senjata yang paling ampuh. "Kami kewalahan,"
ujarnya.
Saat Deli tidak berada di rumah, Reno setia menunggu dan menahan hasrat
merokoknya. Kala pulang dari kebun sehabis mengambil karet, Reno langsung
menodong rokok darinya.
Deli mengaku ngeri melihat kebiasaan buruk anaknya itu. Niatnya membawa si
bungsu berobat juga tidak kesampaian. Tidak ada biaya menjadi kendala utama
hingga kini Reno terus merokok. "Kato uwong biayanya mahal," ujarnya.
Lampiran 2 :
Ngeri! Bocah Cilik Ini Merokok Sambil Berpose di Depan Kamera
Jumat, 6 Maret 2015 11:05
16
Istimewa
Anak-anak merokok.
TRIBUNJBAR.CO.ID – Sungguh memprihatinkan tingkah laku anak-anak
dibawah umur di zaman sekarang ini, sempat dihebohkan dengan kasus bocah
merokok pada tahun 2012 lalu yakni Ilham Hadi (10), bocah tersebut sejak
berusia 4 tahun sudah mulai terbiasa dan kenal dengan lingkungan
keluarganya yang terbilang perokok aktif. Dampak buruknya alhasil ia pun
mengikuti kebiasaan dari anggota keluarganya tersebut.
Selain Ilham, kasus lain yang pernah terangkat ke permukaan adalah kasus
Aldi (2,5), warga Desa Telukkemang, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi
Sumatera Selatan, dan Sandi (4) dari Malang, Jawa Timur. Aldi yang anak
tukang sayur ini mulai merokok sejak berumur 11 bulan dan dalam sehari ia
bisa menghabiskan empat bungkus rokok, demikian juga dengan Sandi.
Dampak rokok terhadap kesehatan anak-anak sama seperti orang dewasa.
Rokok bisa menyebabkan kanker paru-paru, gangguan jantung, terhambatnya
perkembangan anak, dan masih banyak lagi.
Baru-baru ini beredar berita foto yang memperlihatkan bocah cilik dalam foto
yang diunggah @Khanieyzjakh Q-Zut. Dalam foto tersebut nampak terlihat tiga
bocah yang diduga masih berusia dibawah umur, yakni berkisar antara 7-12
tahun tengah menghisap rokok sambil berpose di depan kamera.
Pada kasus di atas, di mana anak-anak di bawah umur merokok adalah
tanggung jawab para orangtuanya atau orang dewasa di sekitarnya, dan bias
jadi yang paling patut disalahkan. Karena sejatinya pada usia anak-anak
tersebut mereka masih meniru perilaku dari orang terdekatnya, termasuk
meniru kebiasaan apa yang dilakukan orang tua dan lingkungan sekitarnya.
(abs)
Penulis: abs
Editor: dia
Sumber: Tribun Jabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar